Senin, 13 April 2015

Tajussalatin (Mahkota Raja-Raja)



Pengarang Tajussalatin adalah Bukhari Al-Johari. Buku ini dikarangnya pada tahun 1603 di Aceh. Pada waktu itu Aceh sedang mengelami perkembangan agama Islam. Para alim ulama dari berbagai negeri datang dan menetap di Aceh dan mereka mendapatkan perlindungan dari Sultan. Sebagian besar buku mereka memakai judul dengan bahasa Arab, walaupun seluruh isi tertulis dalam bahasa Melayu, demikian pula dengan buku Tajussalatin ini.
Seperti diketahui, Tajussalatin atau Mahkota Raja-raja merupakan salah satu hasil sastra Indonesia lama yang terkenal. Banyak penelitian yang telah dilakukan oleh sarjana-sarjana Barat pada buku ini. Buku ini juga sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Belanda, Inggris, dan Prancis Dr. Ph. S. Van Ronkel, berjudul De Kroon der Koningen, Batavia 1899, Aristide Marre, berjudul Mahkota Radja-radja ou la Couronne des Rois par Bochari de Djohere, Paris 1878, dst.
Tajussalatin berisi uraian tentang kewajiban yang harus dilakukan raja-raja, hulubalang, menteri dan rakyat semuanya. Uraiannya terutama mengenai:

  •   Kewajiban tiap-tiap muslim terhadap Allah SWT.
  •   Perbuatan baik yang dilakukan oleh raja-raja dan alim ulama di masa dahulu.
  •   Hukuman dan kutukan yang menimpa barangsiapa yang melanggar hukum agama.

Tulisan ini berlanjut dari Bab 1 sampai dengan Bab 24 yang merupakan terjemahan bebas yang disesuaikan dengan EYD dari buku Tajussalatin dari hasil terjemahan Jumsari Jusuf yang diterbitkan oleh Departemen P dan K tahun 1979.
Akhirnya semoga tulisan ini bermanfaat untuk kita, khususnya dalam perjalanan kita dan keluarga kita ke arah yang lebih baik.

Rabu, 07 Januari 2015

Ziarah Kubur

Setiap yang bernyawa pasti akan mati. Setelah kehidupan di dunia, setiap manusia akan memasuki alam kubur. Dalam alam kubur ini setiap manusia akan menerima pembalasan amal perbuatan yang telah dikerjakan sebelumnya di dunia sampai hari kiamat. Orang yang dalam dunia banyak melakukan perbuatan buruk akan mendapat siksa kubur dan orang yang banyak melakukan kebaikan akan mendapatkan nikmat kubur.
Setiap orang pasti ingin dimasukkan orang-orang yang mendapatkan kebaikan di dunia maupun di dalam kuburnya. Untuk meraihnya kita perlu melihat contoh dari para pendahulu yaitu dari para Nabi yang menyampaikan risalah ketuhanan pada manusia, yang kemudian dilanjutkan oleh para wali sebagai penerusnya. Mereka itulah orang-orang yang dipilih Allah SWT untuk menjadi orang-orang dekat-Nya. Dimana mereka membacakan ayat-ayat Allah SWT baik ayat yang tersurat maupun yang tersirat dalam kehidupan, mensucikan  hati dan jiwa dari sifat-sifat sombong, iri, aniaya, dst, mengajarkan hikmah dari perjalanan hidup, serta memberikan banyak pelajaran yang sebelumnya belum diketahui oleh masyarakat. Mereka tidak meminta upah dalam menyampaikan risalah Allah SWT melainkan hanya kasih sayang dan hubungan kekeluargaan serta keridhoan Allah yang diharapkan. 
Orang-orang yang terpilih tersebut diberikan Allah SWT keberkahan dimana saja mereka berada, serta kesejahteraan baik ketika mereka dilahirkan, diwafatkan hingga dibangkitkan hidup kembali. Dalam hal ini, tidak heran jika banyak orang yang datang berziarah kubur selain mereka mendo’akan mereka juga berharap keberkahan tersebut.

Senin, 05 Januari 2015

Menyampaikan Pengetahuan

Menyampaikan pengetahuan yang telah diberikan Allah adalah sebuah kemulyaaan supaya ilmu yang dimiliki bermanfaat bagi masyarakat. Grogi, tidak percaya diri, tidak diperhatikan adalah hal yang dialami seorang pengajar. Untuk mengatasi hal tersebut ada baiknya kita mengkaji proses awal hingga akhir jika menjadi seorang pengajar.
  • Berdo’a, sebagai orang yang beriman selayaknya memohon kepada Sang Pencipta dan Pengatur segala urusan agar urusan dalam mengajar yang kita lakukan dapat berjalan dengan baik. Berdo’a agar Allah membuka fikiran, hati, dan mulut kita supaya dalam menyampaikan pengetahuan kita dapat menyampaikan dengan lancar. Berdo’a agar Allah memudahkan urusan kita agar tangan-tangan jahil tidak mengganggu proses pembelajaran. Berdo’a agar Tuhan membuka fikiran, hati dari siswa agar dia juga mudah dalam menerima yang kita ajarkan.
  • Kepedulian, seorang pengajar harusnya mau melihat situasi dan kondisi sera latar belakang dari siswa. Dengan melihat latar belakang pengajar dapat memilih hal-hal yang biasa diketahui siswa sebagai contoh-contoh yang bisa dikaitkan dengan pengetahuan yang akan diajarkan. Kepedulian akan kondisi siswa membuat pengajar tidak mudah menyalahkan serta akan lebih mau membantu siswa menemukan solusi agar siswa lebih mudah dalam menerima pengetahuan.
  • Dengan kalimat yang baik, kalimat yang baik berasal dari buah keyakinan serta dasar pengetahuan yang baik. Orang yang berpengetahuan yang baik dapat memasukkan pengetahuannya dalam berbagai kondisi dan situasi yang berbeda. Orang yang berpengetahuan yang baik menyandarkan pengetahuannya kepada Tuhan karena dia menyadari bahwa dia bisa melakukan kegiatan tersebut atas seizin-Nya.
  • Mengevaluasi, mengevaluasi dilakukan dengan melihat situasi serta melakukan perenungan mengenai kejadian-kejadian dalam proses pembelajaran. Mengevaluasi dapat digunakan sebagai media untuk bertaubat dan memperbaiki diri agar kita lebih baik dihadapan Allah. Sebagai contoh ketika siswa ngobrol sendiri, tidur, membantah, dst.  Kita berusaha melihat kembali diri kita pada sesusia dia, apakah juga melakukan hal yang sama. Mengakui kesalahan dihadapan Allah serta mendo’akan anak tersebut agar menjadi lebih baik adalah jalan untuk lebih baik dihadapan Tuhan.
  • Bersyukur, mensyukuri atas proses pengajaran yang telah dilewati adalah sikap tahu diri dari yang diciptakan dengan Sang Maha Pencipta. Bersyukur karena kemudahan dan kelancaran yang diberikan Allah membangun hubungan baik seseorang dengan Tuhan-Nya.

Selasa, 09 Agustus 2011

MENGHARGAI SEJARAH SEBAGAI WUJUD SYUKUR

Kita diperintahkan Allah untuk selalu bersyukur. Syukur adalah wujud terima kasih atas apa yang kita peroleh dan atas apa yang telah kita nikmati. Tapi terkadang tak jarang dari kita masih bingung bagaimana mengapresiasikan wujud syukur kita.
Banyak orang mengatakan bersyukur ya dengan mengucapkan ‘alhamdulillah’. ‘Itu benar’. Yang menjadi pertanyaan apakah hanya dengan mengucap alhamdulillah saja sudah cukup menjadikan kita orang yang bersyukur?
Kalau kita dalami ternyata bersyukur tidak cukup dengan mengucap alhamdulillah, dalam bersyukur kita juga dituntut belajar dan memperhatikan sejarah diri kita karena lewat sejarah kita bisa mengetahui siapakah sebenarnya kita dan yang menciptakan kita, siapakah orangtua kita, dan bagaimana susah payahnya orang tua kita membesarkan diri kita. Dari situ, tidaklah heran jika Allah memerintahkan kita untuk bersyukur kepada Allah dan kepada orang tua.
Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun(1180). bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu. (Q.S. Luqman: 14)
(1180) Maksudnya: Selambat-lambat waktu menyapih ialah setelah anak berumur dua tahun.

Dari belajar sejarah kita juga bisa mengetahui siapa saja yang berjasa dalam kehidupan kita, siapa saja yang berjasa sehingga kita bisa merasakan manisnya iman, kita mengetahui siapa yang berjasa hingga kita bisa mengenyam kemerdekaan yang membuat kita sekarang bisa beribadah secara nyaman tanpa banyak tekanan.
Dari situ ternyata kita bisa belajar menghargai mereka, yaitu: orang tua, kakek, nenek, dan para pendahulu baik para Nabi, syuhada’, dan para pahlawan yang telah bekerja keras dan telah banyak berkorban tidak hanya harta bahkan kalau perlu nyawa mereka.
Rasulullah memerintahkan kita untuk menghargai jasa orang-orang yang telah berjasa dalam perjalanan kehidupan kita.
Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Rabi'ah] dari [Ibnu Abu Laila] dari ['Athiyyah Al 'Aufi] dari [Abu Sa'id Al Khudri] ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa tidak bersyukur kepada manusia maka ia tidak bersyukur kepada Allah 'azza wajalla."
Telah bercerita kepada kami [Bahz] telah bercerita kepada kami [Muhammad bin Thalhah bin Musharrif] dari [Abdullah bin Syarik Al 'Amiri] dari ['Abdur Rahman bin 'Adi Al Kindi] dari [Al Asy'ats bin Qais], ia berkata: Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Orang yang paling bersyukur pada Allah AzzaWaJalla adalah yang paling berterima kasih kepada sesama."
Bapak proklamator kita juga berpesan kepada kita bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarah.
Untuk itu, selayaknyalah kita menghargai mereka dengan berbuat yang terbaik yang bisa kita lakukan. Alhamdulillah segala puji bagi-Mu yang telah mengutus mereka, yaitu orang-orang yang telah membantu dalam perjalananku, perjalanan agama ini dan perjalanan bangsa ini. Allahu Akbar 3X.
Salam sholawat salam kepada para Nabi khususnya Nabi Muhammad, keluarga, sahabat, tabi’in, syuhada’, serta para pengikutnya yang setia, yang telah memperjuangkan tegaknya agama ini.
Semoga Allah mengampuni dosa-dosa para pendahulu kita, pahlawan Islam, maupun pahlawan negara, dan juga orang-orang yang diutus Allah membantu perjalanan kita dan keluarga kita. Dan juga semoga Allah menerima sekecil apapun kebaikan mereka, serta memulyakan anak keturunan mereka.

Senin, 21 Maret 2011

MEMBACA TANDA DARI ALLAH SWT

Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langit dan di bumi yang mereka melaluinya, sedang mereka berpaling dari padanya (QS. 12 : 105)
Kejadian-kejadian di bumi adalah ini adalah bagian dari tanda-tanda kebesaran Allah SWT yang merupakan ayat-ayat Al Qur’an yang tersirat di alam ini. Banyak orang yang hafal dengan ayat-ayat Al Qur’an yang tersurat, tetapi tidak jarang dari mereka yang ternyata dalam aplikasinya menentang bahkan mendustakan ayat-ayat yang tersirat dalam kehidupan sehari-hari.
Dan kalau kami menghendaki, Sesungguhnya kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah,...(Qs. & : 176)
Lewat kejadian-kejadian yang sering kita anggap biasa-biasa saja Allah bisa mengangkat derajat seseorang dan juga lewat kejadian-kejadian itu seseorang juga bisa terhina.
Berkaca dari kejadian Malin Kundang yang membuat marah orang tuanya hingga dia dikutuk menjadi batu, dan sahabat nabi yang susah payah saat menghadapi kematian akibat sakit hati orang tuanya atas perbuatannya. Mungkin saja hal yang membuat kita terpuruk dan tidak mendapatkan jalan-jalan keluar adalah kurang baiknya kita dengan orang tua kita, seperti: banyak membantah, tidak mau tau, dan melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak mereka sukai. Kita tidak mau memperbaiki ucapan perbuatan kita kepada orang tua kita dan kita juga enggan meminta maaf atas kesalahan yang telah kita perbuat.
Pada sisi lain, banyak dari para pendahulu kita yang di angkat derajatnya oleh Allah karena kejadian-kejadian yang dianggap biasa oleh banyak orang. Contohnya Sir Isaac Newton. Bagi banyak orang melihat apel jatuh, itu biasa tapi bagi Sir Isaac Newton ternyata itu berbeda. Dengan melihat apel jatuh, ternyata dia bisa menangkap pesan Allah sehingga lahir lah hukum gravitasi yang sangat bermanfaat hingga sekarang. Dalam Al Qur’an juga mengisahkan, ketika Nabi Yusuf AS digoda oleh Zulaikha (QS. 12: 23 – 24) dia berlindung kepada Allah, kemudian dia melihat ‘tanda’ dari Allah hingga dia terhindar dari godaan tersebut.
Bagaimana dengan kita? Sepertinya terlalu berlebihan apabila kita berfikir untuk menghasilkan kejadian besar seperti mereka yang telah menorehkan tinta emas dalam sejarah kehidupan. Tapi yang terpenting yang perlu kita tanyakan dalam diri kita. Sudahkah bisakah kita menangkap pesan dari Allah lewat kejadian-kejadian di sekitar kita?
Kita sering tidak menyadari dan menyepelekan dengan hal-hal kecil dalam keseharian kita. Contoh ketika kita melihat orang tua kita kerepotan saat membawa barang atau mengerjakan sesuatu, kita cuek saja. Ketika orang memiliki sebuah rencana kita terkadang cuek dan tidak mau membicarakan dengan orang tua kita. Ketika kita memiliki rejeki, kita jarang sekali berpikir untuk membelikan sesuatu yang disukai orang tua kita, padalah sebenarnya itulah jalan-jalan untuk mendapatkan keridhoan Allah.
Contoh lain ketika ada orang yang meminta-minta yang terkadang agak memaksa, kita sering berpikiran jelek, bahkan tak segan untuk membentak. Ketika orang tua kita atau saudara kita membutuhkan bantuan bisa uang atau tenaga, kita merasa berat untuk memberi karena kita juga butuh. Padahal bisa jadi itu adalah jalan Allah agar kita terhindar dari balak dan bencana.
Dialah yang menjadikan malam bagi kamu supaya kamu beristirahat padanya dan (menjadikan) siang terang benderang (supaya kamu mencari karunia Allah). Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang mendengar. (QS. 10: 67)
Sudah banyak kejadian yang kita lalui baik bersama keluarga kita, teman sekolah kita, teman kerja kita, dan orang-orang di sekitar kita. Tentunya kita berharap bisa berbuat lebih baik dari hari kemarin. Untuk itulah diperlukan sikap legowo untuk mau mendengar ucapan dan keinginan mereka, mau melihat dan memperhatikan kebutuhan-kebutuhan mereka, dan berfikir demi kebaikan bersama di dunia dan akherat tentunya hanya untuk Allah. Dengan begitu kita mengharap semoga Allah menyempurnakan pahala-Nya, menambah karunia-Nya, dan semoga kita semua mendapat ampunan dari Allah SWT.
Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang kami anuge rahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. (QS. 35: 29 – 30)

Senin, 07 Februari 2011

BERKAH

Kita sering mendengar bahkan mengucapkan ‘berkah’, rizki yang berkah, keluarga yang berkah, dll. Tapi kita sering lupa mencari bagaimana hakekat berkah itu sendiri dan yang terpenting bagaimana cara mendapatkan keberkahan dalam hidup kita?
Definisi Berkah adalah an nama’ waz ziyadah yakni tumbuh dan bertambah, ini berarti Berkah adalah kebaikan yang bersumber dari Allah yang ditetapkan terhadap sesuatu sebagaimana mestinya sehingga apa yang diperoleh dan dimiliki akan selalu berkembang dan bertambah besar manfaat kebaikannya. Karunia yang berkah adalah karunia Tuhan yg mendatangkan kebaikan/kemanfaatab bagi kehidupan kita baik dunia dan akhirat.
Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda: ‘barangsiapa ridha terhadap pemberian Allah Azza wa Jalla, maka Allah akan memberkahinya dan barangsiapa tidak ridha maka Allah tidak akan memberkahinya’. Dari hadits tersebut dapat diketahui bahwa untuk mendapatkan keberkahan kita harus ridha terhadap pemberian Allah. Yang menjadi pertanyaan sekarang sudahkah kita rodha dengan yang Allah berikan pada kita?
Keridha’an itu dapat kita lihat dari sejauh mana kita menikmati peran yang Allah berikan. Baik peran sebagai anak, sebagai karyawan, sebagai teman, dll. Yang pasti kita bisa menikmati setiap keadaan, setiap situasi, setiap kondisi yang kita alami. Tidak akan muncul keluh kesah, tidak akan muncul putus asa dan putus harapan, dan tidak akan ada salah menyalahkan satu sama lain karena kita sudah menikmati peran masing-masing. Di situlah segala permasalahan yang dihadapi bukanlah ujian dan cobaan, tapi itulah peran yang Allah yang harus disyukuri.
Untuk bisa menikmati peran tentunya bermula dari sabar dengan segala permasalahan yang Allah berikan. Orang yang bisa sabar berarti dia sudah mulai berpikir positif kepada Tuhan-Nya. Dia sudah yakin bahwa Allah tidak mungkin menganiaya kita, segala permasalahan adalah pembelajaran yang akan membuat kita cerdas dan lebih dekat pada Tuhan kita. Kesempitan akan membuat kita lebih kreatif dan mau berpikir, penyakit yang dihadapi adalah jalan untuk mendapatkan ampunan Allah.
Dan tentunya untuk bisa seperti itu tentunya harus dibenahi agar imannya benar. Orang yang imannya benar salah satu indikasinya bahwa ia tidak mbingungi dengan berbagai permasalahan yang dihadapi, dia tidak mau lari kesana ke mari agar permasalahannya selesai karena dia yakin bahwa tidak ada yang bisa menyelesaikan kecuali Allah hingga dia hanya menggantungkan segalanya pada AllahSWT.

Dasar:
- Hadits:

حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ عَنْ يُونُسَ حَدَّثَنِي أَبُو الْعَلَاءِ بْنُ الشِّخِّيرِ حَدَّثَنِي أَحَدُ بَنِي سُلَيْمٍ وَلَا أَحْسَبُهُ إِلَّا قَدْ
رَأَى رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَبْتَلِي عَبْدَهُ بِمَا أَعْطَاهُ فَمَنْ رَضِيَ بِمَا قَسَمَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُ بَارَكَ اللَّهُ لَهُ فِيهِ وَوَسَّعَهُ وَمَنْ لَمْ يَرْضَ لَمْ يُبَارِكْ لَهُ
Telah menceritakan kepada kami [Isma'il] dari [Yunus], telah menceritakan padaku [Abul 'Alaa' bin Syikhir], telah menceritakan kepadaku [seseorang] dari bani Sulaim, dan aku tidak pernah menyangka kecuali telah melihat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wasallam bahwa Allah Tabaraka Wa Ta'ala akan menguji hamba-Nya dengan pemberian, barangsiapa ridha terhadap pemberian Allah Azza wa Jalla, maka Allah akan memberkahinya dan barangsiapa tidak ridha maka Allah tidak akan memberkahinya."
- Qur’an Surat Al Baqarah(2) : 155 – 157
- Qur’an Surat Al Baqarah(2) : 177

Jumat, 07 Januari 2011

PERMASALAHAN ADALAH JALAN MENJADI “CERDAS”

Sabar adalah kata yang mudah diucapkan tapi sebenarnya sangat sulit diucapkan. Kalau ada orang mengatakan “yang sabar ya” tentunya kita mempertanyakan sabar menurut siapa? Tentunya yang kita berharap sabar kita adalah sabar menurut Allah?

Sabar berkaitan erat dengan berbagai permasalahan yang dihadapi yang orang menganggap ujian, cobaan atau azab. Tak jarang dari kita menyamaratakan antara ujian, cobaan, dan azab; sehingga sebenarnya ketika kita menghadapi azab tapi karena diangap ujian sehingga kita lupa kalau kita harus cepat-cepat bertaubat.

Kapan dikatakan ujian?

Jika kita analogikan anak sekolah, maka ujian adalah media untuk mengukur sejauh mana hasil belajar kita. Jika kita lulus dari ujian maka kita akan ditingkatkan derajat kita, dan jika tidak maka kita harus melakukan remidi dengan munculnya permasalahan dengan motif yang sama.

Begitu juga untuk mengetahui apakah permasalahan dihadapan kita itu ujian atau tidak, kita harus memperhatikan perilaku kita: bagaimana dengan sholat, shodaqoh, ucapan, perilaku, dan hubungan kita dengan orang-orang di sekitar kita (orang tua, saudara, teman). Kalau tidak ada penurunan kita bisa PD, “..o ini ujian dari Allah…pasti Allah akan meningkatkan derajatku, Alhamdulillah..”

Kapan dikatakan cobaan?

Cobaan biasanya berkaitan erat dengan ucapan kita sendiri, dengan kata lain sebenarnya Allah ingin mengetaui sejauh mana kesungguhan dari ucapan kita (QS. 29:2-3). Dari situ akan terlihat jati diri kita sebenarnya apakah kita bener-bener orang yang iman atau kita termasuk orang yang munafik karena berbalik ke belakang?

Kapan dikatakan azab?

Azab adalah titik kulminasi dari banyaknya kesalahan yang kita lakukan. Dari situ kita harus banyak berintrospeksi terutama dosa antara lain:

1. Bagaimana dengan sholat kita,

2. Hubungan kita terutama dengan orang tua;

3. Makan harta yang tidak bener (riba, korupsi, dll)

4. Membunuh, zina, merampok, dan dosa besar lain; atau

5. Banyaknya dosa-dosa kecil yang menumpuk (menggunjing yang akhirnya jadi fitnah)

Mengapa Allah memberikan permasalahan?

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (QS. 2: 155) sabar adalah apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun" (QS. 2: 156), atau dengan kata lain orang yang sabar adalah orang yang meyakini bahwa permasalahan yang dihadapi adalah dari Allah, dia mengembalikannya kepada Allah kemudian ditunggu ketetapan-Nya. Dari sini sebenarnya Allah memproses kita untuk:

1. Memproses keyakinan kita.

- Kita dituntut meyakini bahwa Allah pemilik, penguasa langit dan bumi sehingga dikembalikan segala urusan kepada-Nya.

- Yakin bahwa janji Allah adalah benar.

2. Berfikir dan kerja keras (QS. 5: 35)

- Selalu mencari jalan keluar (senantiasa berfikir) dan

- Jihad (kerja keras) untuk mendapat keberuntungan (solusi)

3. Sabar dan sholat sebagai jalan mendapat pertolongan Allah(QS. 2: 45 – 46)

4. Memperbaiki sifat-sifat (QS. 41: 35)

Kalau kita ingin dirubah Allah tentunya kita juga harus mau merubah diri kita, antara lain:

- Tidak suka marah

- Menambah amal sholeh

- Memperbaiki ucapan, dll

5. Dicerdaskan oleh Allah

Dengan Allah memberikan petunjuk/jalan keluar (QS. 2: 157) maka sebenarnya Allah telah mengajari kita untuk menyelesaikan permasalahan atau dengan kata lain “Allah telah mencerdaskan kita”

6. Ditingkatkan derajat kita (diberi rahmat)

Dengan solusi-solusi yang kita peroleh sebenarnya itulah jalan untuk mendapat ketinggian derajat (rahmat) dari Allah SWT (QS. 2: 157)